Sepuluh malam terakhir di bulan ramadhan hari yang
memiliki keutamaan dan keistimewaan,
terdapat didalamnya pahala yang besar dan keutamaan yang sangat agung,
diantaranya terdapat malam lailatul qadar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam lebih bersungguh-sungguh memperbanyak dalam beribadah dan beramal
ketika sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan.
“Bahwasannya
Nabi shalllallahu ‘alaihi wasallam bersungguh sungguh (beribadah dan beramal) pada sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan yang tidak seperti
bersunguh-sungguh dihari lainnya.” (HR. Muslim)
Dan dalam hadits yang lain Aisyah radiyallahu ‘anhu
menuturkan :
“Nabi
shallallahu ‘alalihi wasalalm apabila masuk sepuluh hari terakhir (di bulan
ramadhan) mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan istrinya”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Diantara bentuk untuk mengisi sepuluh malam
terakhir dibulan ramadhan adalah dengan melaksankan i’tikaf.
I’tikaf adalah menetapnya seorang muslim yang
mumayyiz di masjid dalam rangka untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah.
Yang hukumnya sunnah, hal ini berdasarkan
Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijma’
Allah Subhaanahu wata’aala berfirman :
“(tetapi)
janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid.” (Qs.
Al-Baqarah : 187)
Dari Aisyah menuturkan :
“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beri’tikaf
pada sepuluh terakhir dibulan ramadhan sampai Allah mewafatkannya. Kemudian
ber’itikaf istri-istri beliu setelahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Syarat-syarat I’tikaf
1. Muslim
yang mumayyiz dan berakal. Tidak sah
i’tikaf dari seorang kafir, orang gila dan anak kecil.
2. Niat
(niat beri’tikaf dalam rangka beribadah kepada Allah Ta’aala).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya
segala amalan tergantung dari niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. I’tikaf
dimasjid
Allah Subhaanahu wata’aala berfirman
“Sedang kamu beri’tikaf dalam masjid.” (Qs.
Al-Baqarah : 187)
4. Masjid
yang digunakan untuk i’tikaf yang biasa dipakai shalat jama’ah
5. Bersih
dari hadats akbar (besar). Tidak sah i’tikaf dalam keadaan junub, haid dan
nifas.
Pembatal-Pembatal I’tikaf
1. Keluar
masjid dengan sengaja tanpa adanya hajat (kebutuhan).
2. Jima’ (berhubungan
suami istri) walau seandainya dilakukan pada malam hari
Allah
Subhaanahu wata’aala berfirman :
“ (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu,
sedang kamu beri’tikaf dalam masjid.” (Qs. Al-Baqarah : 187)
3. Hilangnya
akal. Rusaknya i’tikaf dengan gila dan mabuk.
4. Haidh dan
nifas
5. Murtad
Allah Subhaanahu wata’ala berfirman :
“Jika kamu
mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu.” (Qs. Az-Zumar: 65)
Kapan mulainya i’tikaf di
sepuluh terakir dibulan ramadhan
Barangsiapa yang berniat i’tikaf di sepuluh
terakhir dibulan ramadhan, maka dia masuk sebelum terbenamnya matahari pada
hari ke dua puluh satu Ramadhan. Dikarenakan sepuluh terakhir itu dimulai
dengan terbenamnya matahari. Ia mulai beri’tikaf pada malam itu. Dan keluar
dari i’tikaf setelah terbenamnya matahari di hari terakhir bulan ramadhan.
Insya Allah inilah pendapat yang terpilih.
Hal-hal yang disunnahkan bagi
orang yang i’tikaf
Memperbanyak ibadah kepada Allah dengan shalat,
dzikir, membaca AL-Qur’an, berdoa ,
memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya serta ibadah-ibadah lainnya.
Hal-hal yang dibolehkan bagi
orang yang i’tikaf
Keluar dari masjid untuk berwudhu, atau untuk buang
hajat dan yang lainnya. Bagi para i’tikaf boleh untuk makan dan minum di sertai
dengan menjaga kebersihan masjid.
Sumber : Al-Qur'an dan Al-Hadits
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
b